Hati Yang Suci Berada Pada Tiga Tempat

Photo

HATI SELEMBUT SALJU

Bismillaah…

Pernah didera perasaan galau, gelisah, sedih, tak punya semangat hidup dan berbagai pikiran negatif lainnya yang ujung-ujungnya membuat hidup tak bahagia ?

Ironisnya, banyak orang Islam yang merasakan hal ini, padahal teorinya seorang muslim yang telah bertauhid “Laa ilaaha illallaah” dan mengakui Muhammad Shallallaahu ’alaihi wasallam sebagai utusan Allah dan tak hanya sekedar ucapan tapi juga memahami makna serta aplikasinya pasti akan bahagia.

Realitanya manusia banyak yang menganggap dirinya kurang bahagia, padahal salah satu indikasi calon penghuni surga adalah orang yang semasa hidup di dunia mampu meraih kebahagiaan !

Apa yang kurang ?
Dia telah membaca beratus-ratus buku, bertahun-tahun hadir di majlis ilmu, bahkan tinggal dan bergaul dengan orang-orang yang shalih.

Kadang orang menilai terlalu berlebihan ketika melihat sosok muslimah yang selalu menutup auratnya, rajin ibadah, kata-katanya manis dan memukau di depan orang lain serta tampilan-tampilan luar yang membuat orang lain kagum, simpatik dan memandangnya sebagai sosok hebat tanpa cela.

Padahal semua opini di atas belum menjamin orang yang bersangkutan mampu merasakan oase kebahagiaan sejati. Satu hal yang kadang terlupa yaitu faktor hati, karena ketika hati seorang itu baik dan benar ia pasti akan bahagia.

HATI SEBENING KACA

Dalam hadits dikatakan,

أَلاوإِنَّ فِي الجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الجَسَدُ كُلُّهُ وإذَا فَسَدَت فَسَدَ الجَسَدُ كُلُّهُ أَلا وَهيَ القَلْبُ

“Ingatlah sesungguhnya di dalam tubuh manusia itu ada segumpal daging, Apabila ia baik, maka baik pula seluruh tubuhnya. Dan apabila ia buruk, maka buruk pula seluruh tubuhnya, ketahuilah segumpal daging itu adalah hati”. [📓HR. Bukhari Muslim].

Imam Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah menyatakan :

فداو قلبك فإن حاجة الله إلى عباده صلاح قلوبهم

“Obatilah hatimu, sebab tuntutan Allah terhadap hamba-hambaNya adalah kebaikan hati mereka!”. [📚Hilyatul Auliyaa’, II / 176 . No. 1832].

Sabda Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam,

إِنَّ اللَّهَ لاَيَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوْبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ

“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk rupa dan harta-harta kalian, akan tetapi Allah melihat kepada hati kalian dan amal kalian”. [📓HR. Muslim, Ahmad, Ibnu Majah].

Hati dalam diri seorang mukmin memiliki kedudukan dan peranan penting, karena dihati itulah bersemayamnya keimanan kepada Allah dan tempatnya segala keikhlasan dalam beribadah. Di hati juga berseminya berbagai perasaan cinta, takut dan harap, berserah diri seutuhnya pada Allah ‘Azza wa Jalla. Hingga ada do’a spesial agar kita memiliki hati yang lurus.

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ

“Ya Allah, yang membolak-balikkan hati, tetapkan hatiku di atas agama-Mu” [📓HR At Tirmidzi, ia berkata, ‘Hadits Hasan’].

NUTRISI DAN GIZI HATI

Hati yang selembut kaca akan bisa membedakan antara kebenaran dan kebathilan, antara ketaatan dengan kemaksiatan. Orang yang memilki hati yang selamat atau qolbunsalim dia akan punya mata hati yang tajam, peka dan sensitif ketika aneka racun virus penyakit mulai masuk dan menimbulkan noktah dosa.

Namun disaat hati keruh dan tak sebening kaca ia akan memandang dosa dan kedurhakaan dengan sudut pandang hawa nafsu yang cenderung pada kesesatan. Dengan kondisi itu sangat mungkin hati tak lagi sehat bahkan jika dibiarkan maka hati bisa dalam kondisi kritis dan mati.

Ketika keadaannya telah parah maka perlu terapi terus menerus dengan mensucikannya dari penyakit dan memberinya nutrisi dan gizi yang diambil dari Al-Qur’an dan Hadits Shahih.

Musibah penyakit hati bisa menimpa siapa saja ketika ia tak mentauhidkan Allah ‘Azza wa Jalla dan berbuat syirik. Setan terlalu berpengalaman dan memilki banyak cara untuk menggoda manusia. Dan perangkapnya sangat canggih, ia menyusup dalam diri manusia melewati aliran darah.

Ibnul Qoyyim berkata, “Carilah hatimu di tiga tempat : (1). Ketika mendengarkan Al-Qur’an. (2) Di majlis dzikir (yang didalamnya diajarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah. (3) Diwaktu-waktu engkau menyendiri (bermunajat kepada Allah). Jika engkau tidak dapati hatimu ditempat-tempat ini, maka mohonlah kepada Allah ‘Azza wa Jalla agar menganugerahkan “hati“ karena sesungguhnya engkau tidak punya “hati”. [📚Fawaa’idul Fawaa’id , hal : 479].

Hati yang sehat dan selamat akan selalu membutuhkan nutrisi dan gizi agar selalu terjaga dan terawat sehingga menjadi hati yang lembut, selembut salju.

Penulis : Isruwanti Ummu Nashifah

Murojaah : Ustadz Sa’id Abu Ukasyah

Artikel : www.muslimah.or.id

Tinggalkan komen